Raka sudah (makin) pinter ngomong Pak Dhe...

Posting Komentar
“Raka ngomongnya dah banyak belum?” Sebuah sms, dari pak dhe Raka yang ada di Bandung saya terima beberapa saat yang lalu. Beberapa waktu lalu, kemampuan verbal Raka memang sempat membuat kami cemas. Kala usianya satu setengah tahun, masih sedikit sekali kata yang jelas ia ucapkan atau bisa kami mengerti. Itu jugalah yang kemudian mengenalkan kami pada PAUD Annur Sleman, mengantarkan saya untuk berdiskusi dengan para ustadzah di sana, atau sharing antar orang tua kala bertemu.
Dari hasil ngobrol-ngobrol itulah, saya menjadi tenang karena apa yang terjadi pada Raka kerap juga terjadi pada anak-anak yang lain, dan masih dalam tahap normal. Banyak hal yang memicu hingga kemampuan verbal anak kurang terasah, misalnya:
  • Kurang stimulasi. Ini yang membuat saya kerap bertanya, apa kemampuan verbal Raka kurang terstimulasi ya..? Sepertinya sejak dalam kandungan, saya rajin mengajaknya ngobrol, mengajaknya mendengar lagu anak2, musik klasik, bahkan lantunan juzz amma. Atau (mantan) pembantu di rumah kurang mengajaknya ngobrol?
  • Bingung bahasa. Bisa jadi. Di rumah raka memiliki beberapa Vcd lagu anak2 bahasa Indonesia dan bahasa inggris yang kerap ia putar. Dulu pembantu mengajaknya ngobrol dengan bahasa jawa logat jawatimuran. Saya dan ayahnya mengajaknya bicara dengan bahasa Indonesia campur bahasa Jawa versi Jogja.
  • Genetik. Ayah Raka termasuk pendiam. Jangan harap ayahnya akan bercerita panjang, bahkan klo nggak ditanya duluan, ni ayah jarang sekali ngomong. Nah..ibunya raka yang lebih ceriwis (dibandingkan ayah) (dulu) kalo pagi dah berangkat kerja, pulang dah maghrib, raka dah ngantuk…..
  • Kecenderungan anak laki-laki memang terlambat bicara, dibandingkan anak seusia yang berjenis kelamin perempuan.
Saya pernah googling di internet, dan menemukan informasi dimana ada satu masa yang dinamakan “ledakan bahasa”; yaitu ketika tiba-tiba tanpa kita sadari vocabulary yang dikuasai anak menjadi banyak. Rata-rata dialami seorang anak menjelang atau saat ia berusia sekitar dua tahun. Alhamdullilah, dengan stimulasi yang terus-menurus kami lakukan, pelan tapi pasti dari hari ke hari kemampuan bahasa raka kian bertambah. Sekarang Raka sudah bisa kami ajak ngobrol ataupun kami minta menceritakan apa yang barusan ia lihat. Misalnya saat ditanya:
Ibu : Raka ntar yen gede mo jadi apa?
R : Dok tel
I : Dokter nolong orang yang apa ka?
R : akit
I : Nanti klo ibu sakit, ibu di kasih apa?
R : obat..
I : Kok di kasih obat?
R : mbuh … (biar sembuh maksudnya)
I : baju dokter warnanya apa le?
R : Ijo (hijau)
I : (Amiin)
………….
Ibu : Raka. Klo siang ayah kemana?
R : ja (kerja)
Ibu : kerja dimana le ?
R : Tol (kantor)
Ibu : Emang kantornya ayah dimana?
R : eMan (Sleman)
Ibu : Klo pulang ayah bawa apa?
Raka : Dos. Dua. (he2, ayah raka memang hampir selalu lembur, sebagai oleh-oleh jatah nasi ataupun snack sering dibawa pulang untuk anak-istri)
Ibu : Isinya apa
R : Ayam, hah (pedas)
Sepulang dari jalan-jalan ke Taman kyai Langgeng, Magelang. Disana raka bertemu dengan badut berbaju poo, tokoh dalam film anak-anak teletubbies.
Ibu : Raka tadi liat apa?
R : Poo...
Ibu : Poo pake baju apa Le?
R : eyah (merah)
I : Trus Raka ngapain sama poo?
R : aYim (salim, salaman maksudnya)
Konon kebiasaan yang baik, harus ditanamkan sejak dini. Sudah lebih dari sebulan, kami membiasakan Raka sholat berjamaah di masjid di kala Maghrib. Suatu petang, sambil berjalan di masjid saya bercerita kepadanya, kalau masjid itu rumah Alloh, dan kita harus meneladani Nabi Muhammad. Satu hari kemudian, saya ingin ngetes dia..masihkah dia ingat dengan apa yang kemarin saya katakan:
Ibu : Le, kita mau ke masjid. Masjid itu rumah siapa?
Raka : Awoh (Alloh)
Ibu : Kalau Nabi kita siapa?
Raka : Amat (Muhammad)
Alhamdulillah........
Lagi bu… Mimik Teh, Mimik Susu bu…. Da da ayahhh!!..... Mbas yon (tumbas balon)… (sambil merajuk)ayah...jem mbak (game tembak2an), dll ..senengnya karena sekarang raka mulai banyak ngomong, gemar meniru apa yang barusan kami ucapkan atau barusan ia dengar.Makin besar, ternyata makin pinter juga dia ngeles sebuah jawaban dari ayah /ibunya.
Seperti sore itu, kala hujan dibulan April masih menyisakan sediki gerimis, adzan mahgrib berkumandang.
Raka : ayah...dzan, udu! (ayah, adzan, ayuk wudhu)
Ayah : Hujan ka, sholat rumah aja
Raka : Ayung! (payung)
Ayah : Senyum2...
Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, suka travelling, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

Posting Komentar